Pesta Adat Tulude di Desa Darunu: Syukur dan Harapan di Tahun Baru

Minut — Suasana meriah dan penuh makna menyelimuti Desa Darunu, Kabupaten Minahasa Utara (Minut) pada akhir Januari 2024. Masyarakat Nusa Utara (Sitaro, Sangihe, Talaud) kembali menggelar Pesta Adat Tulude, sebuah tradisi budaya yang kental dengan nilai-nilai luhur. Tahun ini, Desa Wisata Darunu terpilih menjadi tuan rumah perayaan Tulude tingkat kabupaten, yang dipusatkan di Lapangan Bola Desa Darunu.
Acara ini dihadiri langsung oleh Bupati Minut Joune J.E Ganda, para pejabat teras pemerintahan, serta sejumlah anggota DPRD Minut. Kehadiran mereka menjadi bukti nyata dukungan pemerintah terhadap pelestarian warisan budaya leluhur.
Tulude, yang berasal dari kata tulu (mendorong) dan de (tahun), memiliki makna filosofis mendalam. Tradisi ini merupakan ritual “mendorong tahun lama” sambil menyambut tahun baru dengan hati bersih. Perayaan ini diwarnai dengan tarian adat, nyanyian tradisional, dan penyajian Tamo (kue berbahan dasar beras ketan) sebagai simbol persembahan syukur.
Masyarakat percaya, Tulude bukan sekadar pesta adat, melainkan juga momentum untuk mempererat tali persaudaraan dan merefleksikan keberkahan hidup. Melalui perayaan ini, mereka memohon tuntunan dan perlindungan Tuhan untuk tahun yang baru.
Hukum Tua Desa Darunu, Ruddy B. Jacobus, S.Pd., mengungkapkan rasa syukur dan kebanggaannya atas kepercayaan yang diberikan kepada desanya. “Puji Tuhan, hari ini Desa Darunu kembali boleh melaksanakan pesta adat Tulude. Namun, yang istimewa kali ini adalah desa kami dipercaya menjadi tuan rumah Tulude tingkat Kabupaten,” ujarnya dengan penuh semangat.
Bupati Joune J.E Ganda dalam sambutannya menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai Tulude sebagai identitas budaya. “Tulude mengajarkan kita untuk rendah hati, bersyukur, dan bergotong royong. Semangat ini harus terus kita hidupkan, terutama di tengah arus modernisasi,” tegasnya.
Acara Tulude di Desa Darunu diramaikan dengan berbagai kegiatan menarik. Pertunjukan Tari Gunde yang dibawakan oleh perempuan-perempuan mengenakan busana adat Sangihe menjadi suguhan memukau. Prosesi pemotongan Tamo setinggi 1,5 meter oleh Bupati dan tokoh adat menjadi momen sakral yang penuh makna.
Pemilihan Desa Darunu sebagai tuan rumah Tulude tidak terlepas dari upaya pemerintah setempat untuk mengembangkan desa tersebut sebagai destinasi wisata budaya. Sebelumnya, desa ini juga dikenal dengan Festival Bahaso Bulan yang menarik wisatawan domestik. “Kami berharap Tulude tidak hanya menjadi ritual, tapi juga mendorong ekonomi kreatif warga,” ungkap Ruddy.
Melalui perayaan Tulude, masyarakat Nusa Utara kembali membuktikan bahwa tradisi dan modernitas dapat berjalan beriringan. Mereka terus mengukuhkan jati diri sebagai bangsa yang berakar pada kearifan lokal, sekaligus menginspirasi generasi penerus untuk menjaga warisan budaya. ***