Minahasa Utara

“Di Balik Sidang, Ada Hati yang Menguatkan: Kisah Kristi Karla Arina dan Cinta Tanpa Batas untuk Ayahnya”

Dianssulut.com — Di tengah pusaran badai yang menerpa, keteguhan seorang anak menjadi pelita yang tak padam. Ungkapan lirih namun sarat makna dari Kristi Karla Arina menggema, menjadi oase di tengah gurun kebencian: “Jika kebencian menggerogoti hati kita, beri ruang untuk Tuhan memulihkannya. Kasih menjadikan kita lebih kuat dalam menghadapi berbagai pergumulan hidup. Jika kata tak bisa menjelaskan sesuatu, biarlah waktu Tuhan yang akan menjawab. Dalam gelap, pasti akan ada cahaya yang tak bisa kita padamkan. Tuhan tak pernah salah memilih bahu untuk memikul beban yang berat.” Kata-jikata ini bukan sekadar untaian kalimat, melainkan cerminan jiwa yang tegar, yang memilih untuk menguatkan di saat yang lain mungkin memilih menjauh.

Di tengah riuhnya sidang lanjutan kasus dugaan penyalahgunaan dana hibah Pemprov Sulawesi Utara yang menyeret nama ayahnya, Pdt. Hein Arina (Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) nonaktif), Kristi hadir dengan hati yang tabah. Senin itu, (29/09), ia menjadi saksi bisu dari awal hingga akhir persidangan, menyaksikan ayahnya menghadapi badai tuduhan. Kehadirannya bukan sekadar formalitas, melainkan perwujudan cinta kasih seorang anak yang tak lekang oleh waktu dan keadaan.

Kristi tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga hadir dengan hati yang penuh kasih. Di tengah sorotan tajam dan cemoohan yang mungkin menghujam, ia memilih untuk membagikan “surat cinta” yang tulus untuk ayahnya. Kata-katanya adalah perisai yang melindungi, sekaligus obor yang menerangi jalan.

“Jika kebencian menggerogoti hati kita, beri ruang untuk Tuhan memulihkannya,” tulisnya di media sosial. Ungkapan ini seolah menjadi pengingat bahwa kekuatan sejati bersumber dari iman dan kasih yang tak terbatas. Baginya, cobaan ini bukanlah akhir, melainkan ujian yang akan mematangkan jiwa. “Kasih menjadikan kita lebih kuat dalam menghadapi berbagai pergumulan hidup,” imbuhnya dengan keyakinan mendalam.

Di saat kata-kata terasa hampa dan tak mampu menjelaskan kebenaran, Kristi memilih untuk berserah pada waktu Tuhan. “Jika kata tak bisa menjelaskan sesuatu, biarlah waktu Tuhan yang akan menjawab,” ujarnya dengan nada penuh harap. Ia menutup pesannya dengan metafora yang kuat: “Dalam gelap, pasti akan ada cahaya yang tak bisa kita padamkan. Tuhan tak pernah salah memilih bahu untuk memikul beban yang berat.” Sebuah pesan yang bukan hanya memberikan harapan, tetapi juga jaminan spiritual bagi sang ayah.

Ketegaran Kristi Karla Arina adalah pengingat yang mengharukan bahwa di balik hiruk pikuk kasus hukum, ada ikatan keluarga dan cinta yang tak bisa ditaklukkan oleh cemoohan atau cobaan seberat apa pun. Kisah ini adalah tentang seorang putri yang memilih untuk berdiri tegak di samping ayahnya, memberikan kekuatan dan cinta yang tak terbatas.

π—£π—²π—»π˜‚π—Ήπ—Άπ˜€: π—₯π—Άπ—»π˜π—Ό π—₯

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button